Mesin Penjual Mimpi

Jadi, kali ini saya mau membuat pengakuan. Hidup saya ini sudah sangat absurd, dan semalam ke-absurd-an hidup saya bertambah karena saya menonton TV. Begini, sudah sekitar empat tahun saya tidak menonton TV secara reguler, satu-satunya TV yang saya punya adalah yang saya bawa dari rumah nenek saya, ya, rumah nenek, disana ada dua TV, saya bawa satu ke Yogya, TV yang kecil, 14". Saya kira TV amat dibutuhkan bagi saya yang seorang mahasiswi komunikasi. Tepi ternyata..hingar-bingar menonton dari TV nenek hanya berlaku beberapa bulan saja. Setelah itu dia lebih sering mati, atau dipinjamkan ke orang. Setelah mengontrak rumah sudah hampir tiga tahun ini, si TV pun belum pernah dinyalakan lagi. Jadi aktifitas saya menonton TV dialihkan ke tempat-tempat yang lebih publik, misalnya tempat kerja, ruang tunggu rumah sakit atau bandara atau kantor pajak atau apapun yang ada TV di ruang tunggunya, Samiasih (sebuah burjo, ya BURJO), di rumah orang tua saya, di rumah mas jalang, atau di kamar teman serumah.

Maka, datanglah saat dimana saya menonton TV di rumah. Saat dimana saya malas melakukan apapun, makan malas, tidur malas, ngerjain itu malas, ini malas, itu malas, ya pokoknya lagi malas. Jadi pergilah saya mencari pelarian ke kamar seorang kawan di rumah, ya cari yang lagi ada di kamar aja, dan yang lagi sendiri dan mau saya rusuhi, jangan sama pacarnya. Biasanya teman saya yang lagi sendirian itu kalau nggak tidur-tiduran, mainan handphone, online atau NYETEL TV.

Baiklah, semalam adalah salah satu contoh skenario di atas. Saat dimana saya nonton TV. Pergilah saya ke kamar di sebelah, kamarnya @mariaochawa (jangan berharap terlalu tinggi dengan nama akun twitternya :P) , semalam TV nya mati, dan entah kenapa saya malah ambil remote-nya dan menyalakan si TV. Setelah pindah-pindah channel (fyi, kami tidak berlangganan TV kabel), kami sepakat untuk menonton AUDISI CHERRYBELLE CARI CHIBI di SCTV. Jangan bayangkan kami akan ikutan bersorak-sorai kalau nama kontestan favorit kami dipanggil (no offense untuk para twibi dan twiboy, saya tidak bermaksud menjelek-jelekkan idola kalian lewat tulisan ini, karena buktinya kami betah nonton sampai acara selesai). Ternyata selama sekitar 45 menit terakhir acara tersebut berlangsung kami dibiarkan terbengong-bengong. Melongo. Kami seperti melihat sebuah kontes dari dunia lain.

Singkatnya, kami terkesima bagaimana gadis-gadis ini bisa terus tersenyum dan memasang muka dimanis-maniskan selama acara berlangsung. Oke, saya tidak tahu berapa lama durasi pastinya. Yang saya pikir sekitar dua jam lah. Selain itu, yang masih menjadi memar di kepala saya adalah komentar para juri, yang tidak lain adalah ketujuh personil Cherrybelle yang tersisa, yang kira-kira salah satunya bilang gini: "Ih, kerenan grup aku dong, suaranya balance, dancenya bagus, trus pas endingnya KAKINYA DIANGKAT LAGI!". terus lainnya membantah bilang gini, "Enggak lagi! grup kamu itu suaranya masih kurang balance, kerenan grup aku!", ya kemudian saya merasa seperti sedang melihat sekelompok anak SMA yang lagi berdebat tentang bra motif bunga-bunga dan bra bergambar sinchan.

Sebagai mana layaknya audisi-audisian, pasti ada bagian yang sedih-sedihnya, yaitu sewaktu pengumuman eliminasi dari pesertanya. Acara yang dipandu oleh Andhika Pratama sebagai hostnya itu terasa makin makin makiiin ketika pengumuman eliminasi sengaja dipanjang-panjangkan, bikin para peserta keringetan, bikin peserta jatuh pucat lebih lama, bikin peserta eh dan penonton makin jadi hebring deh pokoknya. Sudah disuruh tunggu lama-lama, pas disebut namanya kalau keeliminasi nangis deh. Peluk-pelukan deh. Sabar-sabaran deh.

Acara selesai, dan kami masih bengong. Sampai kami menemukan acara pengganti lainnya, yakni On The Spot yang bergantian dengan melihat tiga anak lelaki Ahmad Dhani - Maia Ahmad: Al, El, Dul. Yang sangat saya sayangkan adalah ketiadaan Al, anak pertama mereka yang ganteng pake banget.  Oke, saya juga sempat nonton Indonesian Idol, tapi cuma 15 menit aja, karena kemudian saya dijemput untuk pergi makan. Maka, berakhirlah fase multi-absurd saya bersama TV semalam. Saya akui bahwa saya menikmati keabsurdan yang TV berikan. Sebuah perasaan masuk ke dimensi lain.

Disini saya tidak mau kembali menuliskan opini orang-orang tentang bagaimana hmmmm..kacau(?)nya program TV di Indonesia, saya sangat bersyukur karena saya tidak ketergantungan menonton TV. Tidak yang kalau tidur atau kalau ngapain harus 'ditemani' oleh TV yang menyala. Tapi ya, kalau memang punya rejeki berlebih, mending beli TV yang punya ekstra kabel yang bisa menyiar-sambungkan acara dari luar negeri, kalau tidak ya pilah dan pilihlah acara lokal-nasional dengan sangat bijak.

Kalau kata Ugoran Prasad: ...Siapa yang membutuhkan imajinasi, jika kita sudah punya televisi. Semesta pepat dalam 14 inci. Seseorang cubit aku di pipi, jika semua ini hanya mimpi. (Melancholic Bitch - Mars Penyembah Berhala)



Margie.

     

Comments

Popular Posts