Kiat Sukses Bisnis Real Estate

Saya berharap posting ini tidak pernah ada. Tapi kamu tahu bahwa kamu sudah tidak di Yogyakarta lagi ketika tidak menemukan coklat Monggo di rak bagian permen dan coklat di swalayan terdekat. Dan ketika   kamu mendengar lagu Yogyakarta-nya KLA Project, kamu akan merasakan ada yang berbeda karena kali ini lirik lagunya terdengar terlalu jelas di telingamu. Ya, saya rindu pulang ke Yogyakarta.


Sudah 10 hari ini saya berusaha tidak membeli tiket kereta untuk kembali menyusuri ringroad dengan Fabian (toh Fabian sudah dibeli orang yang bisa merawatnya), atau untuk sekedar duduk di depan kamar kontrakan sambil mengamati tanaman-tanaman saya di Deresan (toh kamar saya pun sudah diisi orang lain). Terkadang saya berpikir seperti orang yang kehilangan kunci sekaligus kecurian, sehingga saya jadi tidak bisa masuk rumah sendiri yang bahkan sudah kosong melompong. 

Selama 10 hari saya tidak punya rumah, saya berpindah dari Yogyakarta ke Tangerang (ke rumah yang pernah ditinggali sebentar oleh keluarga saya) untuk sekedar menaruh barang, lalu pergi ke Bandung untuk menonton konser MONO bersama sepasang kekasih yang baik hati karena merelakan sepertiga kasur mereka di guest house diberikan pada saya. Dan seperti yang terjadi selanjutnya, secara normal saya pulang ke rumah yang ditinggali orangtua dan adik-adik saya di Surabaya. Orang bilang pulang ke rumah, saya belum bisa demikian. Walaupun saya bisa tidur, makan dan berak dengan nyaman tanpa memikirkan tagihan listrik ataupun internet, tapi tetap harus bangun sebelum setengah tujuh pagi.

Kawan saya pernah bilang sesuatu soal rumah, a home, not a house, saya tidak begitu ingat apa yang dikatakannya, tapi saya tahu persis maksudnya. Rumah yang saya tinggali sekarang adalah sebuah rumah dengan segala kenyamanan dan keamanan yang diharapkan secara fisik, namun bukan rumah yang menawarkan kenyamanan hati sepenuhnya bagi saya.

Saya dan keluarga memang kerap kali berpindah kota, kami terbiasa, saya terbiasa, setelah ini pun saya harus bersiap untuk mengurus kepindahan saya keluar dari pulau Jawa. Saya harus memersiapkan fisik, pikiran dan hati saya kembali untuk 'membangun' rumah yang nyaman bagi saya. Tinggal dimana saja bukanlah masalah buat saya, (kembali lagi) selama saya bisa tidur, makan dan berak dengan nyaman itu sudah cukup bagi saya, yang sulit adalah 'membangun' rumah dengan segala ketidaknyamanannya masih dapat membuatmu bertahan.

Terima kasih Yogyakarta dan seluruh isinya sudah mengijinkan saya menikmati keramahan rumahmu 5,5 tahun kebelakang. Dan ijinkan saya suatu hari untuk kembali pulang. 



M.


Untuk rumah-rumah di Yogyakarta yang pernah saya tinggali: para penghuni Rumah Pink: Adis, Erfina, Ley, Bella, Intan, Raras, Rifka, Oneng, dan penghuni baru lainnya. Untuk Bagus dan keluarga di Cemorojajar 27. Untuk Asri, Awe, Wiwit dan teman-teman semua yang sudah mau menemani, berproses, bermain dan lain-lain dengan saya baik terpaksa maupun dipaksa menerima saya dengan baik di rumah mereka. Terima kasih. (Berasa nulis lembar ucapan terima kasih di skripsi :P)       

Comments

Popular Posts