Kepada Prana III
:
Sebelumnya akan saya sampaikan salam pada Tuhan Yang Maha Humoris, Tuhan Yang
Maha Lucu.
Hai
Prana, apa kabarmu? Semoga selalu sehat dan bahagia selalu ya.
Tapi,
omong-omong, kamu sempat terima pesan singkatku kan? Kubilang waktu itu untuk
kamu sabar sedikit. Ya, kukira kita akan segera bertemu, Prana..
Suatu
hari Tuhan Yang Maha Lucu menjatuhkan Bapakmu dari langit. Lucunya setelah dia
jatuh dia masih baik-baik saja, masih hidup dan sehat. Hebat, bukan? Lalu Tuhan Yang Maha Lucu memintaku untuk
bertemu dengannya. Aku belum pernah bertemu dengan Bapakmu sebelumnya, atau aku
yang tidak ingat, tapi begitu melihat wajahnya aku tahu dia Bapakmu.
Sore
itu Bapakmu sedang membawa satu tas barang-barangnya lalu dia duduk sambil
merokok. Bapakmu tidak terlihat seperti usianya. Entah karena memang pernah
cuci muka di mata air awet muda, atau suka makan daun-daun muda, entah yang
mana. Singkatnya, kami berbincang, tidak lama, karena aku harus segera pergi.
Keesokannya
aku bertemu Bapakmu lagi. Kali ini aku jadi sering menatapnya lekat-lekat.
Mencuri-curi pandang. Bapakmu terlalu menarik untuk diabaikan.
Prana,
ada yang aneh dengan Bapakmu. Aku belum pernah bertemu spesies pria macam ini.
Dua matanya di muka, dua matanya di kepala. Kupikir untuk apa punya dua mata di
kepala? Lalu aroma tubuhnya meluap, membuat kepalaku pusing dan ingin segera
pingsan saja. Dia berusaha tersenyum tapi wajahnya selalu terlihat tidak
berbahagia. Aku bingung kenapa.
Akhirnya
aku pun pergi berpiknik dengan Bapakmu. Kami naik kuda berwarna perak yang
entah didapat darimana, sorot matanya tajam, langkahnya anggun namun gesit.
Perjalanan ke tempat piknik kami butuh waktu sekitar tiga detik saja. Itu
karena kuda peraknya. Aku diam sepanjang perjalanan. Bingung mau bicara apa. Aku
cenderung grogi dengan pria yang kukagumi lebih dulu.
Hari
itu Bapakmu memberiku bintang yang dipetiknya di kebun. Cantik sekali. Bintang
itu bisa berubah wujud sesuai yang kamu bayangkan. Oiya, bintang itu harus
diberi makan makanan bermerek Tender,
Love and Care. Kabarnya makanan itu sudah sulit didapat dipasaran dan
harganya mahal. Aku curiga kalau makanan bintang itu sebetulnya ditimbun
tengkulak.
Omong-omong…
Tuhan Yang Maha Lucu masih menjagamu kan, Prana? Siapa suruh Dia menjatuhkan
Bapakmu kesini. Hehehe.
Prana..
Asal
kamu tahu, ternyata Bapakmu sudah mengambil separuh jantungku ketika kami pergi
piknik. Entah kapan dia mengambilnya, aku tidak sadar. Aku baru sadar ketika
kami berjauhan, detak jantungku melemah. Lalu kembali normal bahkan berdegup
kencang ketika kami bertemu.
Sudah
dulu ya, Prana..
Nanti
aku bercerita lagi. Omong-omong, bintang yang diberi Bapakmu sedang hilang,
entah terselip entah dicuri atau terjatuh. Kepalaku pusing beberapa hari ini. Dan
aku kehilangan nafsu makan. Semoga aku masih bisa bertemu denganmu ya, Prana.
Comments
Post a Comment