Less Ngece, More Ngaca.
nyesel juga, nggak jadi beli. |
Ngece (baca: ngece seperti kece) yang
dalam bahasa Jawa berarti kegiatan meledek, mengejek, mengolok-olok, atau menghina, yang
terkadang sadar atau tidak sering kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber ngece ini bisa jadi dari mana saja. Seperti
kentut yang pengen muncul begitu saja ketika nonton tv, makan, browsing,
telponan sama pacar, atau lainnya.
Pada
kodratnya, sama seperti kentut, ngece itu bisa ditahan, dan dilepaskan bak
merpati bebas pada tempat yang semestinya. Hal ini sebaiknya dilakukan demi
menjaga perdamaian dunia. Nggak percaya? Coba saja Anda kentut saat makan malam
bersama calon mertua.
Bagi
saya, ada tahun-tahun dimana ngece sangat amat sering saya lakukan. Saya pernah terlibat pergaulan dengan kawan-kawan dekat yang kalau
kumpul sering melakukan kegiatan ngece. Tapi tenang saja, kami melakukan
kegiatan ngece yang sedikit berbudi, ya, katakan saja, kami ngece pada
tempatnya.
Suatu
saat ada satu teman yang menurut kami selalu bereaksi berlebihan terhadap
hal-hal yang telah berhasil dia lakukan, istilah gaul yang tepatnya sih snob kali ya, suatu hari beliau bikin cuitan:
“tadi
gue se-WC sama Mic Jaeger pas kita hangout di café Tralala, gila ternyata dia
bisa boker juga, kalau mau denger rekaman dia ngeden mensyen gue aja trus ambil di kos gue.”,
lalu
kami yang membaca cuitannya pun berkomentar, “Yaelah bro… tuh temenmu tuh… gile
bener hangout sama Mic Jaeger, pasti biar dapet perlindungan gratis dari serangan
Kaiju”.
Duh,
kadar sinisme saya sudah jauh berkurang. Maaf kalau contohnya kurang tepat.
Bersamaan dengan melanjutkan tulisan ini saya sambil berpikir contoh lain yang
lebih tepat.
Menurut
pengalaman saya, sebenernya ngece itu punya beberapa cara. Ada cara diam,
frontal, dan dengan riset. Contoh studi kasus (lagi):
Saya
sedang browsing lalu tiba-tiba tertuju pada
[profil]
@eARThlova
[bio]
doing art for everything art. Tree and furry animal hugger. frequent traveler. a good lover.
[location]
in your heart.
[tweet] new project. new adventure. new love. new life.
Respon
ngece cara diam adalah:
[diam]
[close tab] [bikin indomi]
Respon
ngece cara frontal adalah:
[ketik
: WUIH GILE! @eARThlova kapan nih pamerannya? Pasti karyanya yang gogrin gitu
trus non animal testing deh. Boleh don sharing pengalaman diving di Samudera
Hindia-nya. Btw, udah punya pacar belum ya, kalau belum sih ya saya cuma nanya
aja. Hehe.. ]
Respon
ngece dengan riset adalah:
[Panggil
temen sesama pengece] [Googling profil @eARThlova] [bahas dengan temen sesama
pengece seharian] [datengin tempat nongkrong @eARThlova, kenalan, hangout
bareng] [pahami kepribadian @eARThlova] [pertimbangkan ngece atau nggak jadi
ngece di depan mukanya @eARThlova]
Bagaimana?
Sudah dapat sedikit gambarannya atau belum?
Sebetulnya.. Malam
ini saya berpikir sambil lapar mengenai fenomena ngece tersebut. Sambil
mengingat tahun-tahun dimana kegiatan ngece dengan berbagai cara itu cukup
mengasyikkan. Dan sekarang saya sudah memasuki tahun-tahun dimana kegiatan
ngece jarang dilakukan. Hmm….
Seperti
yang saya sampaikan di awal, kegiatan ngece itu ibarat kentut yang tiba-tiba
mau meletup ngga peduli dimana, lagi ngapain, sama siapa, sudah makan apa
belum. Harus dikasih tata krama, supaya ketika ternyata kentut kita itu busuk,
kita nggak harus ngeracuni orang di sekeliling kita.
Ngece
juga gitu, kalau nggak dikasih tata krama, nggak mikir, nggak dijaga, nggak
dibarengi dengan kesadaran diri dan kerendahan hati, juga tingkat toleransi
yang tinggi terhadap sesama manusia, maka bisa saja hal tersebut tidak hanya
bikin orang lain sakit, tapi juga kita sendiri.
Jadi,
kalau ada orang mau atau udah ngapain dalam hidupnya, ya udah biarin aja, itu pilihan dia. Kalau
menurutmu jelek ya jangan ditiru, kalau menurutmu inspiratif ya, monggo diece,
eh, terserah ding mau diapain juga, kenalan juga boleh. Yang pasti, nggak usah buang-buang waktu, pikiran dan tenaga buat ngurusin harkat hidup orang, kecuali kamu yakin dirimu sudah layak dan suatu saat kamu pengen jadi anggota dewan yang terhormat.
Ya,
kira-kira semudah itu. Adapun sebaik-baiknya kegiatan ngece paling bijak adalah
dengan tidak ngece. Karena seperti kata-kata dalam novel atau dialog filem yang
banyak dikutip: “Never judge a person until you’ve walked a mile in their
shoes.”, yang artinya, tumbaso sepatu dewe, ra sah njilih sepatune uwong, opo
meneh maling! Wu! Suket teki!
Catatan:
Tulisan ini sebagai pemanasan demi menghajar akhir pekan yang tidak produktif dan latihan menulis kembali kalau-kalau besok pengen buka usaha jual - beli skripsi. hehehehe
Comments
Post a Comment