Pinjam Sepatu

Hari ini aku masih cosplay jadi masbos, otomatis sementara sedikit urusannya jadi tanggungjawabku. Dan hal yang paling menarik dari cosplay hari ini adalah aku harus berurusan dengan salah satu sosok yang paling ogah ditemui orang-orang. Tapi gimana lagi yak, wong butuh. Hehehe..

Sebelumnya saya nggak pernah ketemu atau ngobrol langsung dengan sosok ini. Tapi menurut review orang-orang sekitar sih yaaaaa….5/10 jangan sampai ada urusan sama beliau, karena kabarnya beliau sungguh strict cenderung menyebalkan. Bahkan ada cerita sampai salah satu kepala bagian yang sabarnya seluas samudera harus mendatangi dan gebrak mejanya karena urusannya “dipersulit”, juga cerita lainnya yang pasti orang pikir.. Ebuset. Itu gimana coba.  

Karena aku ada butuh dan harus diperjelas hari ini, jadi mau nggak mau setelah menyiapkan sedikit amunisi dokumen lengkap dilengkapi laporan-laporan pendukung, aku pergi menemui beliau. Ketika masuk ruangannya, salah satu stafnya sudah main mata denganku, ngasih kode “semangat ya, Mbak!”. Aku cuma cengengesan, nothing to lose, pikirku.

Nggak akan ada baku hantam atau pertumpahan darah hari ini.

Aku ketuk permisi partisi ruangannya dan ucapkan salam. “Permisi Bu, saya mewakili masbos yang lagi dirawat di RS ingin ngobrol terkait ini bu,” ujarku sambil senyam senyum nggapleki. Ya kuncianku cuma pasrah, wong ya ini urusan langit-langit diminta ngepel-ke biar resik.

Akhirnya kami malah ngobrol ngalor ngidul sekitar satu jam, saya nggak ingat. Dengan logat Jawa Timur kami yang bersahut-sahutan sambil sesekali terkekeh-kekeh entah menertawakan apa. Entah itu ada yang canggung atau emang saya lumayan lucu menurutnya.

Setelah keluar dari ruangannya saya sedikit paham pola pikirnya. Dia hanya tidak mau bertanggungjawab dari hal-hal yang tidak dia mengerti, tapi masalahnya dia tidak mau mencari tahu dari yang terdekat dulu. Belio ini cerdas dan solutif. Dan sebetulnya enak diajak ngobrol, tapi ya itu keras kepalanya bisa bikin gempar dunia persilatan, hehe..

Kemudian saya melaporkan hal-hal hasil diskusi tersebut pada bubos. Ya padha bae ya, kupikir yang namanya jadi atasan itu bekal utamanya kudu punya prinsip (iya, gini alusnya). Lalu baliklah aku ketempat belio yang ngga usah disebutkan namanya itu untuk menyampaikan titah bubos.

Ngobrol lagi kami selama 30 menitan untuk mencari jalan keluar dari permasalahan ini. Nemu jalannya? Nemu. Ini solusi yang sudah ada sejak awal. Hanya butuh dorongan sedikit.

Setelah diingat-ingat lagi, belio ini pengen kita ndengerin dia, ingin kita mikir gimana kalo kita di posisinya dengan segala keini-ituan di kantor. Juga ingin menunjukken betapa oh betapa belio ini bisa loh bisa banget bikin sesuatu yang udah disetujui dewa-dewa juga nggak semudah itu terjadi..alias harus melewati proses yang benar benar BENAR menurutnya.

Jujur aku cukup salut sama belio ini.

Gimana kagak, itu stafnya di luar malah komat kamit mendoakanku yang di dalem ngobrol sama belio. Kesannya kan angker banget to? Apalagi ternyata masbos sempat bilang udah ngga mau lagi urusan sama belio, o yaampun, masbos yang juga kesabarannya seluas samudera udah ogah. Kurang angker apa coba ni manusia sampai harus didoa-doain..

Hadeh.

Selesai urusannya aku balik ke ruangan. Ngobrol-ngobrol random dengan teman-teman, menceritakan pengalaman perdanaku bertemu belio.

Ya... aku berasa pinjam banyak sepatu orang. Pinjam sepatu masbos, pinjam sepatu bubos, pinjam sepatu si belio, pinjam sepatu teman-temanku. Nyobain jalan pake sepatu-sepatu pinjaman itu. Hihihi..

Nggak enak ya jalan pakai sepatu yang nggak pas.   

     

Comments

Popular Posts