Keajaiban Kata Oke
Hari minggu ini berjalan begitu lamban namun cepat. Saya pun bingung apa maksudnya. Dan saya tak bosan-bosannya menonton film besutan Michel Gondry, Eternal Sunshine of The Spotless Mind ini. Kali ini adalah dialog penutup yang berulang terus di dalam kepala saya:
CLEMENTINE
I'm not a concept, Joel. I'm just a
fucked-up girl who is looking for my own
peace of mind. I'm not perfect.
JOEL
I can't think of anything I don't like
about you right now.
CLEMENTINE
But you will. You will think of things.
And I'll get bored with you and feel
trapped because that's what happens with
me.
JOEL
Okay.
CLEMENTINE
Okay.
Lalu film selesai. Clementine dan Joel cukup sudah cukup okay dengan jawaban okay dari masing-masing mereka. Padahal apa sih 'okay'? Kenapa satu kata 'okay' saja bisa menutup perbincangan alot? Kenapa dengan bilang 'okay' saja kemudian seseorang bisa berakhir dengan membelikanmu sekotak martabak, misalnya? Betapa ajaibnya kata 'okay'.
'Okay' atau Ok atau Oke atau O.K atau K saja. Apapun yang mana yang kamu suka cara menulisnya, sepertinya semua orang bisa tahu apa maksudnya dengan hanya bilang 'okay'. Seperti yang dibilang T2 di lagu OK,
Aku tau maumu,
Aku tau maksudmu,
Aku mau jawaban,
Cukup satu jawaban,
Aaaa.. OK.
Aaaa..OK....
Bilang saja OK..
Mereka hanya minta satu OK, daripada bingung dan pusing katanya. Lihat, betapa mujarabnya si OK, bisa jadi obat pusing dan bingung. Coba kalau pas ujian semua pertanyaan bisa dijawab dengan kata OK, atau lebih panjang deh: OKAAAAAAAAAAAAY. Semua orang pasti suka ujian, semua orang tidak perlu pusing-pusing belajar kalau mau ujian. Semua jadi gampang. Semua mudah teratasi. Hanya dengan dua kata: O dan K.
Ketika OKE menjadi refleksi akan sesuatu yang terbaik, dipuja, dikagumi, berada di atas, menguasai apapun diatas apapun, sampai ketika kita berbicara pada gebetan: oh, pokoknya kamu yang paling oke! Yah, betapapun absurdnya si 'oke' ini, dia bisa dijadikan sebagai alat penghubung ketika kamu sudah gugup dan tidak bisa menggombal pada gebetanmu.
Dan, ya, 'oke' merupakan senjata terpamungkas dari perang apapun. Ketika kedua belah pihak sama-sama memahami. Sama-sama mengerti. Walau mungkin masih menaruh harap (boleh cemas bolah tidak) di belakang kata 'oke'. Seperti pada kalimat: 'Oke, kita putus.' Dimana kalimat ini bisa saja digunakan sebagai awalan pernyataan yang kemudian berbuntut balasan 'Oke.. kalau begitu terima kasih' padahal dari pihak keduanya tak ada yang bernama Oke. Bisa saja yang satu bernama Joni yang satu bernama Susi. Disinilah kata 'oke' menjadi pihak ketiga. Sebagai penghubung yang termurah untuk mengakhiri sesuatu.
Oke. Kita selesai sampai disini.
Margie.
Comments
Post a Comment