Perpus oh Perpus

Hari ini merupakan hari yang bersejarah bagi saya. Bukan karena apa melainkan saya baru saja membuat kartu perpustakaan setelah hampir lima tahun berkuliah di kampus ini. Pasti kalian heran mengapa saya baru membuat kartu perpustakaan kampus sendiri justru setelah hampir lulus. Kalian pasti heran pula mengapa saya akhirnya memutuskan untuk membuat kartu perpustakaan ini.
Saya bukannya tidak menyukai perpustakaan, saya suka. Sejak kecil saya suka membaca dan saya suka pergi ke perpustakaan. Semasa SD, SMP, SMA, saya kerap menghabiskan waktu saya untuk pergi ke perpustakaan sekolah. Semasa saya SD bahkan sempat merencanakan membuat perpustakaan saya sendiri. Namun usaha saya kandas di tengah jalan karena setengah buku-buku saya tidak dikembalikan oleh si peminjam. HA!   
Baik kembali lagi, begini alasannya. Perihal mengapa selama ini saya tidak kunjung membuat kartu perpus kampus sendiri adalah karena saya tidak suka perpustakaan kampus saya. Letaknya di lantai 3. Anak tangganya yang kecil-kecil itu selalu membuat saya malas. Juga buku-buku-nya tidak banyak menunjang mahasiswi kontemporer seperti saya *PREK*. Juga kartu perpus yang tidak fleksibel. Kita tidak bisa meminjam buku-buku dari perpustakaan fakultas lain, walau mungkin bisa sih kalau minta pinjemin. Dan jujur, saya lebih naksir koleksi perpustakaan di Fakultas Ilmu Budaya, bahkan saya dan teman-teman saya sempat hampir merencanakan perampokan terencana di perpustakaan FIB. *LOH*
Jadi jika kalian bertanya apakah selama lima tahun ini saya pernah pinjam buku di perpus? Saya akan jawab pernah. Lalu bagaimana tanpa kartu perpus? Ya, pinjamlah kartu perpus orang lain. Tercatat di ingatan saya, ada dua wanita baik hati yang meminjamkan saya kartu perpusnya karena saya terpaksa harus pinjam buku, dialah Mashita Fandia adik kelas di kampus saya dan kawan baik saya Adistya. Jadi selama lima tahun ini saya baru pinjam buku di perpus kampus dua kali, itu juga pakai kartu orang. Lalu siapa yang menunjang literasi di kehidupan akademis saya? Beruntungnya disini ada beberapa perpustakaan alternatif seperti Kunci atau Literati juga kawan-kawan lain yang bukunya bisa saya pinjam dan gampangnya adalah mencari versi pdf.nya di internet.     
Lalu, mengapa sekarang akhirnya saya menyerah dan membuat kartu perpus kampus FISIP tercinta? Tidak lain tidak bukan adalah demi kelangsungan skripsi saya. Beberapa senior juga menyarankan untuk membuat kartu perpus karena malah nanti jadi repot kalau mau lulus dan mengurus kartu bebas pustaka dll (yang saya tidak tahu apa korelasinya). Juga bulan lalu dosen pembimbing saya memberi rujukan untuk mencari skripsi milik Alia Swastika di perpustakaan. Maka, baru hari ini, saya cari lah dia sekalian diniati membuat kartu perpustakaan. Yah, kenang-kenanganlah masa kuliah lama-lama di UGM nggak punya kartu perpusnya, pikirku.
Saya yang jarang merpus ini tidak tahu bahwa kalau hari jumat mereka istirahat dari jam 11 - 1 siang. Jadilah sampai sana saya tolah-toleh, makan siang dang ngobrol ngalur ngidul bersama teman-teman yang kebetulan juga kecelik (opo Indonesiane cah?) sampai perpusnya buka lagi. Setelah buka, kami naik ke lantai 3. Hosh hosh. Lalu sampai disana, saya langsung mengisi formulir keanggotaan. Dan kembali Hosh Hosh. 

"Pak, saya mau buat kartu perpus..", kata saya seraya menyodorkan formulir dan foto 3x4 2 lembar.

"Angkatan berapa?"

"2007"

"Kok baru bikin?"       

"Hehe.. Iya nih, pak.."

"Jadinya besok ya.."

"Wah jangan pak.. hari ini saja.."

"..."

Kemudian saya dilayani oleh Ibu di sebelahnya.

"Mana, mbak?"

"Oh, ini bu.." sambil menggeser formulir ke hadapannya.

"Ya, saya ketik dulu, mbaknya mau pinjem buku langsung?"

"Oh..mungkin iya tapi di perpus yang skripsi bu.."

"Oh ya, nanti kalau mau pinjam kesini dulu ya.. Tak buatkan dulu kartunya."

"Ya.. makasih bu."

Berangsurlah saya ke ruangan sebelah, yakni ke perpus yang menyediakan berbagai skripsi, thesis, dkk untuk mencari penelitian Alia Swastika semasa belajar di kampus kami. 15 menit mencari. 10 menit ngoprek database online nya. dan akhirnya 15 menit kembali lagi ke rak buku. Hosh Hosh. Lalu 5 menit tanya-tanya ke pak perpus disitu. Dibantu cari. Ternyata memang tidak ada. JADI JADI?!?!?!?!? Dosen pembimbing saya telah menyesatkan saya ke perpus ini?! Mana ada disesatkan ke perpus, otak saya saja yang tiba-tiba tersesat. Saya jadi bete, lalu meninggalkan perpus tapi tidak lupa sebelumnya mengambil Kartu Anggota Perpustakaan baru saya yang sudah jadi. Ini penampakannya:
Baik. Saya belum selesai. 
Ketika menunggu perpustakaan buka, saya dan beberapa teman sedikit mengobrol tentang perpustakaan. Mulanya kami mengomentari gedung perpustakaan kami yang baru, nan bagus, besar dan indah. Lalu saya menyeletuk, "Kenapa ya kartu perpus nggak langsung dikasih aja pas kita dulu jadi mahasiswa baru? Ya kaya Kartu Tanda Mahasiswa gitu, atau apalah." Kemudian teman saya mengiyakan. Kemudian sampai sekarang kami masih bingung. Toh mengakses Perpustakaan kan termasuk sebagai hak kami sebagai mahasiswa di kampus tersebut, apalah susahnya memberi kartu perpustakaan langsung dibarengi dengan KTM atau kartu-kartu lain yang mungkin kami butuhkan selama mengenyam pendidikan di kampus tersebut.    Oke, selesai masalah kartu.
Dan ini mungkin adalah kekecewaan saya dan banyak lainnya terhadap perpustakaan yang bukan cuma di kampus saya. Yakni adalah jarangnya (atau tidak adanya) perpustakaan yang buka 24 jam layaknya CK, 7-11, atau Indomaret, kalaupun ada itu perpustakaan milik pribadi atau kolektif tertentu. Mengapa oh mengapa.. Apa mungkin kebutuhan untuk membaca buku dipandang tidak lebih penting dari membeli nongkrong dan menikmati segelas besar es serut dan beer? Apa mungkin masih banyak orang takut ditempeli cap sebagai kutu buku karena seringkali ke perpus? Atau mungkin saya saja yang terlalu pesimis terhadap anak-anak muda sekarang (MAKSUD LO??)? Atau perlu dibuat perpustakaan dengan tempat nongkrong 24 jam yang asoy geboy untuk menarik perhatian anak-anak muda sekarang? 

Pikirkanlah. Selagi Perpustakaan masih ada, mengapa tidak kesana?




Margie.          

Comments

Popular Posts