Sehari di Kota Badak
Saya adalah anak rantau yang lupa pulang. Bagi saya Tangerang bukan tempat saya pulang. Dan saya tidak merasa sedang merantau di Yogyakarta. Saya selalu 'pulang' ke rumah orang tua saya di Tangerang bila saja ada keperluan mendesak, seperti membuat SIM, KTP, atau remeh-temeh birokrasi lainnya, selebihnya, saya lebih suka ke rumah nenek di Madiun.
Tak ada yang bisa dinikmati dari Tangerang. Mungkin Mall-Mall besarnya, tapi tidak juga. Saya bukan tipikal wanita Mall. Setiap 'pulang' saya hanya di rumah saja. Makan masakan mama, tidur, nonton tv, baru pergi kalau diajak pergi teman atau keluarga. Mereka tahu saya tidak suka jika disuruh 'pulang' tanpa ada keperluan.
Tahun lalu, saya berkesempatan untuk 'pulang', lupa apa perlunya. Salah satu yang mengasyikkan adalah pergi bersama keluarga, kali itu kami melakukan perjalanan seharian ke Pandeglang. Makan durian sekalian mengunjungi teman ayah. Jadi inilah yang kira-kira kami lakukan selama disana:
Sesampainya kami di Pandeglang, kami langsung makan siang di restoran ini, Dapoer Iboe. Saya lupa bagaimana rasanya, tapi sepertinya tidak terlalu buruk.
Shaddam, adik terkecil saya. |
Ayah dan Mama. |
Badak Jawa, maskot pemerintahan kota Pandeglang. |
Yolan, adik saya. |
Puas berpesta durian, kemudian kami menuju ke usaha rumahan sate bandeng yang menjadi oleh-oleh khas dari Pandeglang. Suasana di rumah bandeng itu asik sekali, kita bisa melihat proses pembuatannya, kita bisa langsung masuk ke dapurnya, mengambil bandeng yang baru saja matang untuk dibawa pulang.
Sate Bandeng fresh from the panci. |
Sayangnya, perjalanan kami di akhiri di teras depan rumah usaha sate bandeng ini. Perjalanan di kota Pandeglang ini memang singkat, tapi kami bersyukur sekali masih diberikan waktu bersama sehingga bisa pergi 'berlibur' bersama keluarga. :D
Margie,
Comments
Post a Comment